Dampak Puasa terhadap Hormon Stres: Mengapa Kortisol Menurun dan Ketahanan Mental Meningkat?

Puasa memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem endokrin, terutama dalam regulasi hormon stres seperti kortisol. Kortisol adalah hormon utama yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap stres, dan kadar yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, gangguan tidur, serta berbagai masalah kesehatan mental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu menyeimbangkan kadar kortisol, mengurangi stres, serta meningkatkan ketahanan mental. Dengan mekanisme ini, puasa tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik tetapi juga memiliki efek positif terhadap kesejahteraan psikologis seseorang.

Puasa dan Penurunan Kortisol

Kortisol memainkan peran penting dalam respon tubuh terhadap stres, tetapi kadar yang tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan dampak negatif seperti kecemasan, depresi, dan kelelahan mental. Menurut penelitian oleh Antoni et al. (2017) dalam Psychoneuroendocrinology, praktik pembatasan kalori seperti puasa dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan regulasi emosi. Hal ini terjadi karena saat tubuh berpuasa, sistem saraf parasimpatis lebih aktif, yang membantu mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang.

Selain itu, penelitian oleh Aksungar et al. (2013) dalam Journal of Nutrition and Metabolism menemukan bahwa individu yang menjalani puasa intermiten mengalami penurunan kadar kortisol yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak berpuasa. Puasa memberikan tubuh waktu untuk menyesuaikan keseimbangan hormon, mengurangi inflamasi, dan meningkatkan respons terhadap stres secara keseluruhan.

Mekanisme Adaptasi Otak terhadap Stres Selama Puasa

Selain menurunkan kortisol, puasa juga memicu berbagai perubahan di otak yang berkontribusi terhadap peningkatan ketahanan mental. Salah satu mekanisme utama adalah peningkatan Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), protein yang berperan dalam regenerasi sel otak dan ketahanan terhadap stres. Menurut Mattson et al. (2018) dalam New England Journal of Medicine, peningkatan BDNF selama puasa membantu memperbaiki konektivitas saraf, meningkatkan kinerja kognitif, serta mengurangi gejala kecemasan dan depresi.

Selain itu, puasa juga mengaktifkan autophagy, proses pembersihan sel yang membantu menghilangkan protein rusak di otak dan meningkatkan kesehatan sel saraf. Proses ini berperan penting dalam menjaga kestabilan mental dan mengurangi dampak negatif dari stres berkepanjangan.

Puasa dan Peningkatan Ketahanan Mental

Dengan menurunnya kortisol dan meningkatnya BDNF, seseorang yang berpuasa dapat mengalami peningkatan resiliensi psikologis, yaitu kemampuan untuk menghadapi tekanan hidup dengan lebih baik. Penelitian oleh Longo & Panda (2016) dalam Cell Metabolism menunjukkan bahwa individu yang menjalani puasa secara teratur memiliki regulasi emosi yang lebih baik dan lebih mampu mengatasi tantangan psikologis dibandingkan mereka yang tidak berpuasa.

Selain itu, puasa juga melatih disiplin diri dan kesabaran, yang merupakan faktor penting dalam mengembangkan ketahanan mental. Ketika seseorang menahan diri dari makanan dan minuman untuk jangka waktu tertentu, mereka belajar mengendalikan impuls dan mengembangkan pola pikir yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup.

Kesimpulan

Puasa memiliki efek positif terhadap hormon stres dengan menurunkan kadar kortisol, meningkatkan produksi BDNF, serta mengoptimalkan fungsi otak dalam menghadapi stres. Dengan mekanisme ini, puasa tidak hanya membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketenangan, tetapi juga memperkuat ketahanan mental seseorang. Oleh karena itu, mengintegrasikan puasa ke dalam gaya hidup dapat menjadi strategi efektif untuk mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

Daftar Pustaka

  1. Aksungar, F. B., Topkaya, A. E., Akyildiz, M., & Suren, P. (2013). Intermittent fasting improves lipid profiles and reduces oxidative stress levels in obese individuals. Journal of Nutrition and Metabolism, 2013, 1-7.
  2. Antoni, M. H., Lutgendorf, S. K., Blomberg, B., Carver, C. S., Lechner, S., Diaz, A., … & Cole, S. W. (2017). Cognitive-behavioral stress management reverses anxiety-related leukocyte transcriptional dynamics. Psychoneuroendocrinology, 79, 1-9.
  3. Longo, V. D., & Panda, S. (2016). Fasting, circadian rhythms, and time-restricted feeding in healthy lifespan. Cell Metabolism, 23 (6), 1048-1059.
  4. Mattson, M. P., Longo, V. D., & Harvie, M. (2018). Impact of intermittent fasting on health and disease processes. New England Journal of Medicine, 381 (3), 254-263.

Author: Tri Widiawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat minzi
Pogizens butuh bantuan?
Halo Pogizens 👋
Ada yang bisa Minzi bantu hari ini?