Stunting atau pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Tetapi ternyata bukan cuma soal makanan, lingkungan yang tidak sehat juga berperan besar membuat anak menjadi stunting. Sanitasi yang buruk, air minum yang terkontaminasi, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi menjadi faktor utama di balik tingginya angka stunting.
Lingkungan dan Air Bersih: Kunci Kesehatan Anak
Stunting pada anak sering kali disebabkan oleh kombinasi perilaku tidak sehat dan lingkungan yang buruk. Kurangnya kesadaran akan kebersihan, tidak menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta masih banyaknya praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) meningkatkan risiko penyakit. Ditambah dengan sulitnya akses air bersih, kondisi ini membuat anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, gizi buruk, dan akhirnya stunting.
Di Jambi, sebuah penelitian menemukan bahwa 9,4% depot air minum isi ulang (DAMIU) mengandung bakteri berbahaya seperti E. coli. Bakteri E. coli bisa menyebabkan masalah pencernaan karena berasal dari kotoran manusia dan hewan. Jika air minum terkontaminasi, risiko diare, kolera, dan disentri meningkat. Diare berkepanjangan yang terjadi pada anak-anak bisa membuat tubuh mereka sulit menyerap gizi, sehingga memicu stunting. Beberapa penelitian memang menunjukkan banyak sampel air minum mengandung bakteri ini, tetapi ada juga penelitian yang menemukan air minum yang aman dari E. coli.
Tantangan Tinggal di Dekat Sungai
Anak-anak yang tinggal di sekitar sungai memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting karena air yang tercemar. Sungai sering menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga, industri, dan kotoran manusia yang menyebabkan airnya terkontaminasi bakteri seperti Escherichia coli, parasit seperti Giardia spp., serta zat berbahaya seperti timbal dan merkuri.
Konsumsi air yang sudah terkontaminasi dapat menyebabkan sakit diare yang berulang dan infeksi cacing, sehingga mengganggu penyerapan zat gizi dan melemahkan sistem imun anak. Selain itu, sanitasi yang buruk di sekitar sungai meningkatkan risiko penyakit infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernapasan dan malaria yang juga berdampak pada pertumbuhan anak.
Peran Posyandu dan Kader Kesehatan
Posyandu punya peran penting dalam menjaga kesehatan anak-anak, termasuk mencegah stunting. Para kader dapat diajak untuk bekerja sama dalam memberikan edukasi gizi dan mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Di Gunung Sulah, Bandar Lampung, kader aktif melakukan penyuluhan soal kebersihan jamban, pencegahan diare, dan pemberantasan jentik nyamuk karena penyakit akibat nyamuk juga bisa membuat anak-anak kehilangan nafsu makan yang bisa berujung pada malnutrisi.
Inovasi Gizi: Gerakan Tanam Kelor
Di Desa Sidoasri, Lampung Selatan, ada program keren bernama Gertak Pelor (Gerakan Serentak Penanaman Kelor). Program ini mendorong warga menanam dan mengonsumsi kelor. Tanaman tersebut kaya akan zat gizi yang baik untuk pertumbuhan anak. Selain sosialisasi, masyarakat setempat juga diberikan pelatihan memasak berbahan dasar kelor, dan pemantauan tumbuh kembang anak.
Saatnya Bertindak!
Mencegah stunting bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama. Setiap individu, keluarga, dan komunitas memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan optimal. Langkah sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan, memastikan air minum yang dikonsumsi aman, serta memberikan asupan gizi seimbang sejak dini dapat membantu mencegah stunting.
Upaya konkret seperti pemberdayaan kader Posyandu, edukasi berkelanjutan bagi ibu hamil dan keluarga, serta inovasi seperti Gerakan Serentak Penanaman Kelor (Gertak Pelor) dapat menjadi solusi nyata mengatasi stunting. Selain itu, perbaikan sanitasi dan akses air bersih yang lebih baik terutama di daerah dengan risiko tinggi seperti rumah di sekitar sungai harus terus diperjuangkan.
Kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Jika kita bergerak bersama, bukan tidak mungkin Indonesia bisa bebas dari stunting di masa depan. Mari mulai dari langkah kecil hari ini untuk generasi yang lebih sehat!
Daftar Pustaka
- Pratama, M. A. (2023). Upaya Kader Posyandu Sakura Dalam Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Gunung Sulah Way Halim Bandar Lampung(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
- Restila, R., Wispriyono, B., Arminsih, R., Achmadi, U. F., Miko, T. Y., Djafri, D., & Hananto, M. (2023). Potential risk of stunting in children under five years living by the riverside: A systematic review. Malaysian Journal of Nutrition, 29(3).
- Savana, S. A. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Melalui Program Gerakan Serentak Penanaman Kelor (Gertak Pelor) Di Desa Sidoasri Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
- Suryani, A., Kusumayati, A., Hartono, B., & Achmadi, U. F. (2024). Keberhasilan Upaya Penyehatan dan Higiene dan Sanitasi Air Minum dalam Meningkatkan Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang. Jurnal Penelitian Kesehatan” SUARA FORIKES”(Journal of Health Research” Forikes Voice”), 15(4), 777-785.
- Yuningsih, R. (2019). Strategi Promosi Kesehatan dalam Menurunkan Angka Kematian Balita di Provinsi Gorontalo tahun 2017. Kajian, 22(3), 241-255.
Author: Lia Nur Uyun, S.Gz