Tantangan dari segi kesehatan saat ini semakin kompleks seperti tingginya prevalensi anemia, khususnya pada remaja putri. Remaja putri yang mengalami masalah gizi seperti anemia defisiensi zat besi memiliki resiko lebih tinggi untuk melahirkan anak stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi balita stunting mencapai 19,8 persen atau setara dengan 4.482.340 balita.
Kata Kunci: Anemia, Remaja, Stunting, Zat Besi
Hubungan Anemia dengan Kelahiran Bayi Stunting
Anemia bukan hanya sekadar “kurang darah” melainkan suatu kondisi di mana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah berada di bawah batas normal. Pada pria dewasa, kadar haemoglobin (Hb) dikatakan rendah jika berada di bawah 13 g/dL, sedangkan pada wanita dewasa batas rendahnya adalah di bawah 12 g/dL. Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak mencukupi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Sehingga, anak yang mengalami stunting memiliki sistem kekebalan tubuh yang rentan terhadap berbagai penyakit degeneratif. Lalu apa hubungan antara anemia dengan stunting?
Hubungan ini terjadi ketika remaja putri mengalami anemia yang tidak ditangani dengan tepat, lalu saat remaja tersebut menjadi ibu hamil maka anemia dapat memperparah kondisi kesehatan ibu dan janin. Kekurangan zat besi menyebabkan produksi haemoglobin (Hb) menurun sehingga kadar Hb menjadi rendah, yang kemudian mengakibatkan anemia defisiensi besi. Status zat besi ibu saat kehamilan merupakan salah satu penentu utama kesehatan dan pertumbuhan janin, karena hipervolemia fisiologis yang terjadi selama kehamilan menyebabkan peningkatan volume darah yang harus diimbangi dengan asupan zat besi yang cukup. Kondisi anemia selama kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) yang berpotensi mengalami stunting.
Selain itu, pemicu kelahiran bayi stunting juga disebabkan oleh asupan gizi yang kurang pada anak dan ibu hamil, pola makan yang tidak ideal, serta rendahnya kualitas makanan. Kondisi ini juga dapat diperparah oleh adanya infeksi berulang yang mengganggu penyerapan dan pemanfaatan gizi dalam tubuh.
Tablet Tambah Darah: Kunci Cegah Anemia dan Kelahiran Bayi Stunting Sejak Dini
Mengapa perlu Tablet Tambah Darah? Pada kondisi ini, Tablet Tambah Darah (TTD) memegang peran penting dalam mengatasi anemia dan mencegah stunting. Hal ini karena Tablet Tambah Darah (TTD) mengandung 60 mg zat besi elemental dan 400 mcg asam folat yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin dan protein dalam sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Dengan memastikan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara rutin, risiko kelahiran bayi dengan stunting dapat diminimalkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa Tablet Tambah Darah (TTD) dapat meningkatkan kadar haemoglobin (Hb), menurunkan risiko anemia, dan berkontribusi signifikan dalam pencegahan stunting pada anak. Namun, efektivitas tersebut sangat bergantung pada tingkat kepatuhan konsumsi dan dukungan edukasi yang memadai untuk meningkatkan kesadaran serta aksesibilitas.
Posyandu dan Kader Kesehatan: Pilar Penting dalam Program Tablet Tambah Darah
Faktanya, di zaman sekarang masih banyak orang yang mengabaikan keberadaan “Tablet Tambah Darah (TTD)” dan bahkan kurang familiar dengan suplemen ini. Banyak yang beranggapan bahwa tablet ini memiliki rasa yang hambar dan pahit sehingga enggan mengonsumsinya. Namun, di balik rasa tersebut menyimpan manfaat besar bagi tubuh dalam jangka panjang. Sehingga, peran kader kesehatan setempat sangat krusial dalam menggalakkan edukasi dan program minum Tablet Tambah Darah (TTD) di masyarakat.
Daftar Pustaka
- Dermawan, Z., Permana, I., & Setiatjahjati, S. (2025). Hubungan Suplemen Tablet Tambah Darah sebagai Pemenuhan Gizi Mikro Terhadap Potensi Stunting di Negara Indonesia; Tinjauan Sistematis Literatu. Calory Journal : Medical Laboratory Journal, 3(1), 18-20.
- Parmin, Devi, R., & Badariati. (2024). Sosialisasi Pentingnya Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri di SMAN 5 Palu. Jurnal Kolaboratif Sain, 7(10), 3653-3654.
- Pasalina, P. E., Ihsan, H. F., & Devita, H. (2023). Hubungan Riwayat Anemia Kehamilan dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kesehatan, 12(2), 268.

